Friday, March 18, 2011

Fenomena Supermoon | Lunar Ferigee 2011

Fenomena Lunar Perigee atau 'Bulan Super' atau yang biasa diistilahkan dengan fenomena supermoon akan terjadi hari ini tanggal 19 Maret 2011 atau tanggal 20 Maret waktu Indonesia..

Fenomena supermoon adalah periode dimana bulan berada pada jarak terdekat denan bumi. Peristiwa supermoon ini terjadi setiap 18 tahun sekali dimana jarak bulan hanya 356,577 kilometer saja dari bumi kita.

Peristiwa alam yang langka pada malam 19 atau 20 Maret di Indonesia tersebut, akan membuat purnama tampak lebih besar. Dimana pada saat itu, bulan akan terlihat 7 persen lebih besar/gemuk dari biasanya.

Pakar astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin mengatakan, pembesaran bulan itu akan tampak biasa saja jika dilihat dengan kasat mata. Tapi dengan teleskop, perbedaan ukuran bulan itu akan terlihat. "Sekitar 7 persen lebih besar dari purnama biasa," ujarnya, Rabu (16/3).

Fenomena itu akibat bulan yang tengah mencapai puncak purnama sedang dalam jarak terdekatnya dengan bumi. Dalam istilah astrologi, kejadian itu disebut super moon. Kejadian langka itu hanya berulang setiap 18 tahun sekali.

Berdasarkan data astronomi, pada Sabtu, 19 Maret pukul 19.10 GMT atau Ahad, 20 Maret pukul 02.10 WIB, jarak bulan dengan bumi sejauh 356.577 kilometer. Jarak terjauh bulan dengan bumi yang terjadi pada Desember mendatang terentang 364 ribu kilometer. Adapun puncak purnama akan terjadi satu jam sebelumnya, pada 19 Maret pukul 18.11 GMT atau 20 Maret pukul 01.11 WIB.

Selain terkesan seperti membesar, fenomena supermoon perlu diwaspadai karena efek pasang surut laut akan menguat. Nelayan dan warga pesisir diminta berhati-hati karena potensi banjir pasang (rob) diperkirakan bakal lebih besar dari biasanya. Djamaluddin meminta nelayan tidak melaut jika pasang tinggi yang disertai cuaca buruk.

Jika cuaca tak mendung, pada 19-20 Maret nanti kita berkesempatan menikmati kawah bulan dengan lebih jelas saat fenomena Supermoon terjadi. Saat itu, bulan tak hanya tampak lebih besar, tapi juga lebih cemerlang dari purnama biasanya. Planet Saturnus di dekatnya pun bisa sekaligus diamati.



Pendiri komunitas pecinta astronomi Langit Selatan Avivah Yamani mengatakan, purnama saat Supermoon akan tampak lebih besar 14 persen dibanding ketika purnama dengan posisi bulan pada jarak terjauhnya dari bumi. “Cahayanya pun lebih terang 30 persen dari (purnama) biasanya, katanya, Jumat (18/3).

Fenomena Supermoon bakal menjadikan cahaya bulan lebih terang menyinari malam di bumi. Selain itu, penduduk bumi bisa menikmati kawah bulan dengan lebih jelas saat peristiwa langka 18 tahun sekali itu terjadi. "Waktunya menikmati kawah bulan dan mengamati sekalian Planet Saturnus di dekatnya," ujarnya. (Baca juga: Fenomena Supermoon Picu Gempa Bumi?)

Untuk menikmati keindahan dua benda langit yang akan lebih terang dari biasanya itu, kata Avivah, bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun akan lebih jelas jika memakai teleskop. Tempat pengamatan bisa dilakukan di atas rumah atau di dataran tinggi seperti perbukitan atau pegunungan yang gelap, atau masih sedikit polusi cahaya.

Terkait isu bencana besar yang mengiringi kemunculan Supermoon, Avivah membantahnya karena selama ini tidak terbukti. Pastinya, Supermoon akan mengakibatkan pasang di laut karena gaya tarik bulan. Berdasarkan perhitungan NASA, ujarnya, kenaikan air laut di bumi saat Supermoon sekitar 15 sentimeter.

Isu supermoon akhir-akhir ini mengemuka di sejumlah media internasional. Sejumlah kalangan meyakini bahwa fenomena ini mengakibatkan bencana alam hebat seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi. Gempa bumi 8,9 Skala Ritcher dan tsunami 13 kaki yang menghantam Jepang 11 Maret 2011, seperti mengkonfirmasi teori supermoon ini.

Para pengamat mengakui fenomena supermoon tersebut berdampak pada situasi Bumi.

Meskipun demikian, terhadap terjadinya bencana yang dikaitkan dengan fenomena Supermoon ini, para ahli berpendapat bahwa perlu kajian ilmiah untuk membuktikannya.

Menurut peneliti senior astronomi dan astrofisika di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Profesor Dr. Thomas Djamaludin seperti dikutip dari INILAH.COM, istilah Bulan Super (Super Moon) hanya dikenal di dunia astrologi berdasarkan konfigurasi benda-benda langit sehingga tidak didasari analisis ilmiah. Namun, tetap saja fenomena itu berdampak pada Bumi.

“Ini akan meningkatkan efek pasang surut air laut di mana air laut akan lebih tinggi dari rata-rata. Terkait dengan gempa, kita harus berhati-hati menganalisisnya. Memang sempat ada dugaan hubungan antara dua kejadian itu tapi perlu kajian ilmiah lebih lanjut,” ujar Thomas Djamaluddin.

Efek pasang surut bulan menurutnya, akan melepas energi yang memicu gempa. Tapi tetap saja, sebab utama gempa adalah pergeseran lempeng. Terkait dampak signifikan fenomena Bulan Super, Thomas memperingatkan keberadaan cuaca buruk yang bisa menyebabkan banjir rob.

“Biasanya bila ada cuaca buruk, otoritas yang bertanggung jawab seperti BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) pasti akan selalu memberi peringatan. Tapi faktor utama cuaca buruk dan pasang surut yang memperburuk keadaan,” ujar Thomas lagi.

Beberapa bencana alam yang dikaitkan dengan peristiwa supermoon ini adalah angin topan tracy di tahun 1974 dan badai Katrina di Tahun 2005.

Untuk penampakan, bulan lebih besar 7% dari rata-rata namun sulit untuk dilihat dengan mata telanjang. Jika kita menggunakan teleskop, maka bisa melihat saat magrib pada 19 Maret dan titik puncak pada dini hari 20 Maret jam 2:10 WIB.

Source :  
www.tempointeraktif.com
www.dakdem.com

No comments:

Post a Comment